Diskop UKM DIY mencatat 1.500 usaha mikro kecil menengah (UMKM) sudah masuk dalam markethub bebas ongkos kirim / free ongkir melalui SiBakul Jogja. Jumlah tersebut masih sedikit dibanding jumlah UMKM yang terdata di SiBakul Jogja sebanyak 285.000 UMKM.
Sibakul Jogja merupakan pusat data koperasi dan UMKM Pemda DIY. Seluruh kegiatan pembinaan koperasi dan UMKM di wilayah DIY wajib terintegrasi dengan sistem data SiBakul Jogja. Tujuannya untuk menjaga soliditas, keterbaruan, akurasi, dan integrasi data koperasi dan UMKM. Hal ini sangat membantu memberi gambaran yang tepat postru kekuatan koperasi UMKM di wilayah DIY, sehingga pembinaan koperasi maupun UMKM dapat diarahkan secara tepat efektif dan berdampak.
SiBakul Jogja sebenarnya sudah ada sejak 2019 lalu, namun saat diluncurkan masih dalam skema pendataan UMKM yaitu proses mendata dan membina klaster UMKM. Sebab awalnya ratusan ribu UMKM belum berbasis Nomor Induk Kependudukan (NK), dengan adanya SiBakul Jogja UMKM sudah berbasis NIK sehingga tiap NIK dapat diketahui jenis usahanya, punya sertifikasi atau tidak, dan punya daya saing atau tidak.
Seiring adanya badai pandemi Covid-19 setelah lima bulan diluncurkan SiBakul Jogja bertransformasi menjadi MarketHub. Diskop UKM DIY menyalurkan stimulus kepada UMKM untuk terus memasarkan produknya dengan difasilitasi pemasaran melalui daring. Bahkan, UMKM yang produknya terbeli dibantu dengan keringanan bebas ongkos kirimi yang biaya ditanggung pemerintah daerah. Intinya SiBakul ini didesain sebagai media UMKM membantu pemasaran produk-produk yang layak, sehingga skema free ongkir adalah bentuk investasi Pemda DIY untuk memberdayakan UMKM, dalam rangka pemulihan ekonomi dan mendorong tingkat konsumsi masyarakat.
Kepala DInas Koperasi UKM DIY menjelaskan secara garis besar bahwa UMKM yang ikut markethub ada 950 UMKM pada 2020. Saat ini (pertengahan 2021) jumlahnya sudah bertambah menjadi 2.000 UMKM. Sementara UMKM yang sudah terdaftar lewat SiBakul Jogja sudah mencapai 300.000 UMKM. Artinya, masih banyak UMKM skala mikro kecil dengan tingkat pengetahuan literasi digital yang masih belum optimal, karena salah satu prasyarat harus memasang foto dan produk secara online dan dikurasi secara online. Sehingga tidak semua UMKM memperhatikan hal itu dan skema ini menjadi komitmen yang harus terus dikampanyekan.
Sementara itu, transaksi per hari ada 150 transaksi pada 2021. Selama hamper dua tahun sejak awal 2020 hingga Agustus 2021, total ongkos kirim mencapai Rp 1,5 Milyar. Bahkan dampak terhadap ekonomi yang digerakkan atau volume pembelian yang terjadi di UMKM sekitar Rp 10,5 Milyar. Hampir tujuh kali lipat ongkos kirim yang digerakkan berdampak pada roda perputaran ekonomi daerah.
Armada tranportasi swasta atau BUMN yang sudah berkolaborasi atau menjalin kerjasama, semakin banyak seperti Jogjakita, Gojek, GRAB Express, PT Pos Indonesia, dan Kiriminaja. Bahkan saat ini, layanan kirim sudah menjajaki pasar ekspor luar negeri. Artinya komitmen SIBAKUL JOGJA terhadap pemberdayaan UMKM yang tangguh, sudah bukan sangat serius. Ke depannya SiBakul Jogja menjadi rumah bagi UMKM, tempat berkonsultasi terkait dengan tata kelola bisnis. Ini semua adalah keniscayaan dan komitmen kesungguhan Pemerintah Daerah.
Oleh : Wisnu Hermawan